Awal cerita
dimulai 27 Januari 2014, hari ini merupakan hari keberangkatan untuk kegiatan
lapangan Gladimula 20 di Hutan Pendidikan Unhas. Keberangkatan hari ini dibuka
melalui acara pelepasan yang diadakan
di koridor Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Acara ceremonial ini
dihadiri oleh Ketua BE KEMA Kehutanan Sylva Indonesia (PC.) Unhas kak Andi Muhammad
Nur Alam bersama salah satu pengurusnya kak Rahmat, perwakilan Biro Khusus
Belantara Kreatif kak Bakti Jayadi, ketua Pandu Alam Lingkungan (P.A.L) kak
Hermawan Susanto (GM16), beberapa warga P.A.L serta tiga orang peserta kegiatan
lapangan Gladimula 20 yaitu saya Fransiska Sabu Wolor, Asdar, dan Riska
Pebriani. Kegiatan ini dibuka oleh master
of ceremony kak Nurul Hisbiyah (GM19) pada pukul 10.07 WITA dan diawali
dengan menyanyikan Mars Hutan Gunung Pandu Alam Lingkungan. Kegiatan Gladimula 20 kali ini dipimpin oleh Komando Lapangan (kolap) kak Muhammad Ziqrullah (GM18).
Acara pelepasan
sudah selesai, kami dijadwalkan kumpul di basecamp
P.A.L pada pukul 12.00 WITA sebab pukul 13.00 WITA kami harus berangkat ke
tempat tujuan. Sebelum keberangkatan pukul 12.15 WITA, saya dan Riska bermaksud
ingin memuaskan hasrat cacing-cacing di perut namun kami tak memiliki cukup
uang. Akhirnya, muncullah ide untuk memungut dana dari teman-teman yang ada di
fakultas saat itu. Alhasil uang sebanyak Rp 15.000 yang terkumpul membuat kami
kenyang makan di workshop. Setelah kami menghabiskan makanan, kami menuju basecamp
P.A.L. Sesampainya di basecamp
ternyata jadwal awal keberangkatan pada pukul 13.00 WITA molor karena menunggu
beberapa kakak-kakak yang terlambat datang. Molor setengah jam membuat beragam
aktivitas yang dikerjakan selama menunggu. Ada kakak-kakak yang foto-foto, ada
yang makan bareng, dan ada yang sibuk mencari kaos kakinya yang hilang. Tak
lama kemudian yang ditunggu sudah datang, kami langsung menaikkan carrier ke dalam mobil paskhas.
Keberangkatan menuju
Hutan Pendidikan Unhas dimulai pukul 13.30 WITA. Sebelum berangkat, kami melakukan
doa bersama demi keselamatan sampai di tempat tujuan. Di tengah perjalanan,
tiba-tiba tercium bau gas yang sangat menyengat dari salah satu carrier. Kak Moeh. Hady Akbar Zam (GM13)
langsung mengambil tindakan, memeriksa semua carrier untuk mengamankan gas yang bocor. Ternyata, gas yang bocor
itu berasal dari carrier Asdar. Setelah
merasa aman, semua orang yang berada di dalam mobil kembali ke aktivitasnya
masing-masing, ada yang tidur, cerita, foto-foto dan mendengarkan musik. Sekitar
pukul 14.15 WITA hingga 14.30 WITA, kami serombongan menunggu kak Risal Army Jaya
(GM19) di Maros. Kak Jaya membuat kami menunggu karena harus menyerahkan surat
ke kantor polisi. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan hingga tibalah kami di
Hutan Pendidikan Unhas pukul 15.30 WITA. Setibanya di sana, beberapa
kakak-kakak dan Asdar menurunkan carrier
ke sebuah mes. Setelah semua carrier sudah turun, kami berdoa dulu sebelum
memulai tracking ke camp.
Di dalam
perjalanan menuju ke camp, kami istirahat sebanyak 3 kali. Pertama, di tempat
yang dulu menjadi tempat Bina Akrab, kedua di hutan pinus, dan ketiga di
tegalan yang memiliki pemandangan yang indah. Pukul 18.30 WITA kami sampai di
camp induk. Pemandangan di camp induk begitu indah, tegalan yang dihiasi tenda-tenda
yang telah berdiri, ada tiang bendera dan ada tempat pembakaran. Tiba-tiba kami
disuruh kolap menuju tempat yang tidak begitu jauh dari tenda-tenda yang telah
berdiri. Kami pertama disuruh oleh kolap membangun Bivouac sendiri-sendiri
dengan ponco yang kami bawa dalam waktu 15 menit. Pengalaman pertama membuat
Bivouac, saya paling payah karena begitu lama membuatnya. Waktu 15 menit yang
diberikan saya tidak gunakan dengan baik bahkan Bivouac pertama saya perlu
bantuan Asdar untuk mendirikannya. Di sini saya betul belajar mengaplikasikan
cara buat Bivouack itu, ternyata tak mudah dan harus sigap dikerjakan hingga
menjadi tantangan tersendiri. Di antara tiga Bivouac yang telah berdiri,
Bivoauc Riska yang paling rapi, ikatannya pun bersimpul pangkal yang benar tak
seperti saya yang awalnya sembarang saja mengikat asalkan berdiri dan bisa
ditempati nantinya. Setelah Bivouac yang kami buat selesai, pukul 19.00 WITA
kami diberi waktu untuk menyantap hidangan malam. Mie instant buatan Riska
dengan telur rebus bekal dari rumah langsung dicerna dalam perut kami. Suasana
dingin sesaat dihangatkan oleh kuah mie yang kami santap, makan langsung di bawah
sinar rembulan dan cahaya dari lambada semakin membuat kami merasa dekat walau
kadang merasa sepi karena hanya bertiga.
Santap malam
selesai, kini waktu untuk materi lagi. Materi Navigasi Darat (nadar) merupakan
materi pertama yang diajarkan pada kami yakni pada pukul 20.00 WITA yang
dibawakan oleh instruktur nadar {kak Nur Zaman (GM18) dan kak Abkar (GM18)}.
Selain itu, ada juga materi botani dan zoologi yang dibawakan oleh instruktur
botani dan zoologi kak Reskiyanto R Mangalla (GM17) dan kak Selviana Manggasa
(GM18). Dalam materi nadar, kami diingatkan kembali mengenai cara menghitung
skala, jarak di lapangan, jarak pada peta, menentukan titik pada peta dan
menentukan koordinat suatu titik pada peta. Materi ini sangat seru karena kami diberi
contoh soal nadar yang bervariasi. Kami diajar berhitung pada materi nadar ini,
meski sering salah menjawab soal namun instruktur nadar tak pernah letih
mengulang materi hingga kami paham. Selesai materi nadar, kembali lanjut materi
botani zoologi. Dalam materi ini, kami dijelaskan kembali bagaimana ciri-ciri
tumbuhan yang bisa dimakan dan yang beracun serta dapat dijadikan obat,
begitupula dengan hewannya.
Materi-materi
yang diberikan malam ini akan diaplikasikan besok di lapangan dengan harapan
agar materi yang didapat bukan hanya teori saja namun ada hasil nyatanya. Malam
ini kami tutup dengan beristirahat pada pukul 23.15 WITA di Bivouac
masing-masing.
Selasa,
28 Januari 2014
Hari
kedua kami di Hutan Pendidikan ini diawali dengan terbukanya mata pada pukul 05.00
WITA. Langsung membongkar Bivouac setelah bangun, kami juga tak lupa menyiapkan
santapan pagi. Pagi ini pukul 05.15 WITA kami masak nasi agar banyak energi
yang kami miliki dalam perjalanan menuju tempat aplikasi materi nadar dan
botani zoologi . Sekitar pukul 05.45 WITA kami sarapan bersama dengan menu
nasi, abon, dan jagung. Kami lahap menyantap sajian pagi ini.
Pagi
ini pukul 07.30 WITA kami bersiap menuju lapangan nadar. Di lapangan nadar ini
kami nantinya akan diajarkan pengaplikasian dari ilmu yang telah kami pelajari.
Setibanya di lapangan nadar pada pukul 08.00 WITA ternyata disana telah ada kak
Wahyudin Mus (GM17), kak Nur Zaman (GM18), kak Abkar (GM18) selaku instruktur
nadar dan kak Ahmar (GM19) sebagai pendamping. Dalam simulasi nadar kali ini,
pertama kami disuruh mencari tali bersimpul sesuai dengan koordinat yang
diberikan. Simulasi individu ini diakhiri pukul 12.10 WITA.
Setelah selesainya, kami disuruh istirahat dulu sambil makan. Pukul 12.30 WITA
mie yang sudah masak langsung disantap dengan nasi abon serta jagung. Betapa
nikmatnya setelah capek belajar langsung mengisi perut.
Simulasi
nadar dilanjut lagi, kali ini simulasinya diadakan per kelompok dimulai pukul
13.10 WITA. Dalam simulasi ini kami diberi enam titik yang harus kami cari tali
bersimpulnya. Dalam simulasi kali ini, kami dibantu oleh kak Abkar (GM18) untuk
membuat manajemen kelompok yang baik. Asdar diposisikan sebagai azimuth, saya sebagai back azimuth dan Riska yang menggambar
titik di peta serta mengukur derajat azimuthnya.
Siap diposisinya masing-masing kami langsung berjalanan, titik P1
lumayan sulit kami dapatkan masih karena masalah terpaku pada peta dan langkah
kaki. Kami sangat dibantu oleh kak Abkar (GM18) dan kak Ahmar (GM19) dalam
mendapatkan titik pertama ini. Berjalan menuju titik P2 kami juga masih
dibantu oleh kakak dalam mendapatkan simpulnya. Namun, ketika berjalan menuju P3
kami sudah ditinggalkan dan dibiarkan berjalan sendiri. Berhasil mendapatkan
titik P3 dengan usaha sendiri, kami lanjut ke titik P4
yang diberikan namun entah mengapa simpulnya tak kami dapatkan. Kembali ke
titik P3 berpikir ingin mengulang perjalanan ke P4
tiba-tiba kami bertemu dengan instruktur nadar {kak Abkar (GM18) dan kak Nur
Zaman (GM18)}. Mereka mencari kami karena lama sampainya. Ternyata, kami memang
salah jalan karena hitungan Riska kurang tepat, pantas saja daritadi
berputar-putar kami tak mendapatkan titik. Simulasi nadar hari ini cukup, kami
disuruh kembali ke camp dengan pesan dari instruktur botani dan zoologi agar
kami mengambil botani dan zoologi sebagai bahan untuk simulasi.
Sesampainya
di camp, instruktur botani dan zoologi telah menunggu kami untuk melihat botani
dan zoologi yang kami bawa. Namun, yang membawa pesanan kakak hanya Asdar
itupun hanya botani saja. Alhasil kami kembali disuruh berpencar mencari botani
dan zoologi yang diinginkan. Pukul 16.30 WITA-17.00 WITA kami melakukan
simulasi botani dan zoologi, tumbuh-tumbuhan yang kami dapat diidentifikasi
berdasarkan gunanya. Sedangkan untuk zoologi karena hanya mendapat cacing maka
kami diajarkan untuk membersihkan cacing dengan cara mengeluarkan isi perutnya
terlebih dahulu sebelum dimasak dan dimakan. Selesai simulasi botani dan
zoologi pada pukul 18.45 WITA kami kembali ke tempat kami membangun Bivouac
lagi, memasak untuk makan malam dan masih kembali mencari botani dan zoologi
untuk disantap ketika materi malam nanti. Malam ini kami kembali lagi
mengonsumsi mie instant namun tetap dibarengi nasi.
Siap
menerima materi pukul 20.00 WITA, kami sudah berada di dalam tenda acara dengan
botani dan zoologi yang bervariasi jenisnya. Materi malam ini dimulai dari
evaluasi nadar yang dibawakan oleh instruktur nadar. Dalam evaluasi kali ini,
kakak-kakak menilai kinerja kami yang belum maksimal terutama saya yang sama
sekali tidak mendapatkan tali simpul. Dalam simulasi kelompok juga kami masih
perlu memperbaiki manajemen kelompok karena hanya mendapatkan satu titik dengan
usaha sendiri. Kakak berpesan agar kami tidak terlalu terpaku pada peta,
gunakan insting ketika berjalan,
jangan samakan jarak datar di peta dengan jarak lapangan yang medannya tidak
datar, serta selalu samakan utara kompas dengan utara pada peta ketika mulai
merasa ragu dalam perjalanan. Evaluasi nadar diakhiri dengan harapan agar kami
bisa lebih baik dalam simulasi esoknya. Setelah evaluasi nadar, dilanjutkan
evaluasi botani dan zoologi. Dalam evaluasi ini, instruktur botani dan zoologi menyuruh
kami mempraktikkan bagaimana cara mengonsumsi tumbuhan dan hewan yang kami
dapat. Selesai simulasi botani dan zoology, kini waktunya materi survival yang dibawakan oleh instruktur survival kak Andrew Victrory S (GM17), dan
kak Dwiki Andrianus (GM19). Dalam materi ini kami sangat ditekankan untuk
menggunakan insting dan STOP (Sit,
Thinking,Observe,Planning) ketika keadaan survive.
Ada juga materi Explore-Search and Rescue
(E-SAR) yang dibawakan oleh instruktur E-SAR kak Abd Khamis Muis P (GM17),
dan kak Ahmar (GM19). Dalam materi kali ini, kami kembali dijelaskan mengenai
tipe-tipe penyelamatan yang dilakukan oleh seorang rescuer. Malam ini ditutup dengan materi Penanganan Pertama Pada
Gawat Darurat (PPGD) yang dibawakan oleh instruktur PPGD kak Christine (GM18),
kak Marleny Dara (GM19) dan kak Risal Army Jaya (GM19). Dalam materi kami
melakukan praktik kecil ketika menanggani kasus baik medis maupun trauma. Hari
ini ditutup dengan tidur nyenyak pada pukul 01.20 WITA dengan semangat aplikasi
dari materi PPGD dan E-SAR untuk keesokan harinya.
Rabu,
29 Januari 2013
Pagi
ini kami awali dengan meninggalkan alam mimpi pada pukul 05.00 WITA. Seperti
biasanya kami harus membongkar Bivouac dulu dan memasak untuk sarapan pagi.
Pukul 06.05 WITA masakan kami sudah jadi. Kali ini kami absen sejenak makan
mie, nasi abon dan jagung menjadi menu pagi ini. Setelah selesai sarapan, kami
langsung berangkat menuju lapangan nadar untuk simulasi nadar yang kedua
kalinya. Kali ini kami dilepas tanpa dikawal oleh instruktur nadar tepat pukul
08.00 WITA.
Hari
ini kami diberi tiga titik oleh instruktur nadar. Awal mendapat soal kami langsung
membagi tugas, saya mengerjakan titik P1, Riska mengerjakan titik P2 dan Asdar mengerjakan titik P3. Setelah selesai mengerjakan
soal nadar dan menggambar P1 serta menghitung azimuthnya, kami mulai berjalan tetap dengan manajemen kelompok
yang kemarin. Asdar azmuth, saya bazimuth dan Riska sebagai penggambar
dan penghitung azimuth. Setelah fix
dengan tugasnya masing-masing, kami berhasil mendapatk titik P1 dan
mulai beranjak ke P2. Karena kekeliruan yang tidak sikron antara azimuth dan back azimuth ini membuat perjalanan menuju P2 kami
beberapa kali diulang dari titik P1. Namun, karena usaha yang
maksimal akhirnya kami mendapatkan P2. Sesudah mendapatkannya, rumit
lagi perkara menuju P3 menurut peta titiknya berada di tegalan dan
harus melewati hutan menurut kompas. “Waaaw.. benar-benar kita ini harus
terobos lagi” pikir kami semua. Karena ingin menghindari hutan kami mencoba
jalan dari P1 langsung ke P3 namun ternyata sama saja
harus melewati hutan. Terobos jurus yang kami gunakan, lama berputar-putar
akhirnya kami mendapatkan titik yang dimaksud, dan ternyata titiknya bisa
dijangkau tanpa melewati hutan. “Astaga mau mi di apa takkala sampai mki juga!”
ujar Asdar.
Setelah
mendapat titik P3 kami termenung bingung, mengingat kata kak Abkar (GM18)
sebelum kami berangkat tadi bahwa tunggu di titik P3 namun kenapa
sekarang tidak ada orang ? Angan pun melayang mungkin kakak sudah lama
menunggu, dan kita tak sampai-sampai hingga mereka mencari kita karena dikira
hilang, bisa juga karena memang kakak belum datang. Lama kelamaan hujan turun,
kami memilih tetap berada di titik P3
ini untuk menunggu kakak. Membangun Bivouac hal yang kami lakukan
lalu kami masak karena sangat lapar. Di tengah percikan air hujan yang sedikit
membasahi kami, pukul 11.30 WITA kami menyantap mie instant hangat dengan nasi dan tic tac. Hmmm… enaak. Tiba-tiba terlihat
kakak datang menghampiri kami, mereka tak menyangka kami berada di sini duluan,
Sebenarnya simulasinya sampai jam 13.00 WITA namun karena kami lebih awal
menyelesaikannya makanya kami diberi waktu istirahat lebih banyak lagi.
Simulasi
dilanjutkan pukul 13.00 WITA, kali ini kami akan simulasi dari materi E-SAR
digabung dengan PPGD. Dalam simulasi ini, kak Abd Khamis Muis P (GM17) selaku
instruktur E-SAR berperan sebagai SMC (SAR Mission Coordinator) yang memberi
informasi kepada OSC (On Scane Coordinator) yaitu Asdar bahwa ada korban yang
hilang. Sang korban rencananya akan pergi ke gunung, tingginya badannya kurang
lebih 170 cm, membawa alat makan, carrier
warna merah, dan membawa tabung gas.
Setelah mendengar informasi yang diberikan, Asdar selaku OSC akan mengatur
rencana penyelamatan seperti apa yang akan digunakan. Ketika itu, kami malah
susah-susah mencari di atas gunung dengan harapan gampang menemukan korban
dengan cara look out namun ternyata
metode kami salah sehingga kolap memanggil kami turun menghadap ke instruktur.
Setelah menghadap, kami mendapat pencerahan agar melihat juga jejak yang
ditinggalkan oleh korban jangan hanya asal menyisir tidak jelas. Ketika turun
untuk kedua kalinya, Asdar akhirnya bertemu dengan korban. Ternyata korbannya
mengalami luka gores di kaki, luka di pelipis kiri, dan patah tulang. Setelah
mendapat korban, Asdar melapor ke SMC terlebih dahulu sebelum mengevakuasi
korban. Sementara, saya dan Riska berusaha melakukan penanganan terhadap lukanya.
Untuk patah tulang kami bebat bidai, untuk luka gores di kaki kami plester, dan
luka di pelipis kiri kami balut. Lalu, kami evakuasi korban ke tempat yang
aman. Setelah mengevakuasi korban ke tempat kakak-kakak instruktur berada, kami
langsung di evaluasi. Dalam simulasi
E-SAR kali ini, instruktur E-SAR menilai kami kurang cermat dalam usaha mencari
dan menyelamatkan korban sedangkan untuk simulasi PPGD, instruktur PPGD menilai
bebat yang kami buat pada luka patah tulang sudah baik, namun pada luka pelipis
kiri kami terlalu boros menggunakan perban padahal bisa langsung diobati pakai
hansaplast dan pada luka gores kami sangat salah karena hanya menggunakan
plester tempel tanpa ada betadinenya.
Simulasi
nadar, E-SAR, dan PPGD hari ini selesai, kami langsung disuruh kembali ke camp
induk dan bersiap untuk perjalanan survival.
Sesampainya di camp, kami langsung disuruh packing semua barang kami, kegiatan ini tak seperti biasanya.
Biasanya jika ingin simulasi materi kami pasti hanya membawa satu carrier saja namun hari ini kami harus
membawa semua barang-barang kami. Lebih herannya lagi, seluruh isi carrier kami dibongkar sebelum melakukan
perjalanan. Makanan, minuman, alat mandi, dan beberapa survival kit kami dikeluarkan. Tersisa hanya pakaian, headlamp, perlengkapan nadar seperti
peta, kompas, busur, penggaris, pulpen OHP dan buku catatan. Terdapat juga survival kit dengan isinya gunting,
tasi, benang, jarum, peniti, dan korek api. Hal ini membuat kami kaget berpikir
apa yang akan kami konsumsi di tempat survival
nanti. Membaca pikiran kami yang
mengkhawatirkan makanan, kakak-kakak menyuruh kami makan biskuit terlebih
dahulu sebelum berangkat survival. Tak menyianyiakan kesempatan, biskuit yang
diberi lahap kami santap. Selesai carrier
diperiksa, sebelum berangkat diadakan acara pembukaan survival. Dalam acara ini, kami disuruh berpegangan tangan
melingkar di tengah tiang bendera P.A.L. Di acara ini, instruktur survival berpesan agar kami sekarang
pergi bertiga dan harus juga pulang bertiga apapun yang terjadi. Instruktur
juga menitipkan kami sebungkus kantong plastik untuk bekal di jalan. Kantongan
ini berisi beras satu gengam, ikan kering sepotong kecil, biskuit dua, mie satu
bungkus, satu lilin, satu buah teh, garam sebungkus, dan gula sedikit untuk
bekal kami selama tiga hari. Pukul 16.30 WITA kami berjalan menuju titik P0
yang ditentukan, kami jalan ditemani kolap, instruktur survival dan kak Funneri Nisarto WPM (GM18). Setiba di titik P0
kak Dwiki Andrianus (GM19) pun membacakan kami titik-titik yang harus kami
dapatkan selama melakukan survival dalam waktu tiga hari. Di tengah derai hujan,
kami mencatat begitu banyak titik mulai dari P1(0,1) hingga P1(0,10)
lalu P2(0,1) hingga P2(0,12)
dan P3(0,1) sampai P3(0,8). Setelah itu, kami
ditinggalkan oleh kakak-kakak dengan pesan agar kami harus menjaga baik catatan
titik yang diberikan supaya bisa bergerak ke titik selanjutnya di keesokan
harinya.
Setelah
sampai di titik P0 ini, pukul 17.30 WITA Bivouac kami sudah
terbangun. Kali ini, saya berhasil membuat Bivouac dengan usaha sendiri.
Setelah selesai, pukul 20.00 WITA kami langsung memejamkan mata di dalam
Bivouac masing-masing tanpa mempedulikan cacing di perut.
ü Kamis,
30 Januari 2013
Hari ini kami awali dalam keadaan
sadar ketika pukul 06.00 WITA. Hari ini kami berada di titik P0,
tidak seperti malam sebelumnya yang berada di area camp induk. Kami berusaha bangun
dan beranjak dari Bivouack yang menjadi tempat istirahat semalam dengan
semangat menaklukkan titik navigasi darat (nadar) yang diberikan. Sebelum
memulai aktivas menaklukkan nadar, hari ini pukul 06.30 WITA kami menyantap
setengah potong biscuit yang dibagi 3. Potongan biskuit ini sungguh tak bisa
memuaskan keinginan cacing di perut, namun apa daya soal nadar mampu memaksa
kami untuk berpaling dari persoalan perut. Memulai mengerjakan soal nadar,
sekitar pukul 06.40 WITA, kami membagi tugas agar soal yang banyak cepat
selesainya. Saya mendapat tugas mengerjakan titik P0 dan semua P1,
mulai dari P1(0,1) hingga P1(0,10). Riska mendapat tugas
mengerjakan titik P2(0,1) hingga P2(0,12) dan Asdar
mengerjakan P3(0,1) hingga P3(0,8). Setelah selesainya, Riska
pun langsung mengambil bagian dalam hal gambar menggambar titik di peta.
Kami sekarang siap berangkat, waktu
itu jam menunjukkan pukul 09.00 WITA. Kami bersiap berangkat dengan formasi
Asdar sebagai azimuth, saya sebagai back azimuth dan Riska sebagai
penggambar dan penghitung azimuth pada peta. Siap dengan jinjingan carrier masing-masing, tiba-tiba langkah
terhenti karena Riska langsung duduk di tengah jalan. Penyakit kutu air yang
ada di kakinya membuatnya tak bisa berjalan dan sontak histeris. Kejadiaan ini
membuat kami mengubah rencana dari ingin berjalan mencari titik nadar menjadi
tetap berada di titik P0 ini. Melihat kondisi kaki Riska yang parah,
saya dan Asdar pun berinisiatif mengobatinya. Pertama, akal kami tertuju untuk
ingin meredam kaki riska dengan air hangat dan garam. Ide tadi membuat kami
pada pukul 09.30 WITA berusaha menyalakan api melalui korek pemberian kakak
sebelum berangkat survival. Ide yang
terbungkus rapi ini, terusak oleh akal yang tidak terlalu berfungsi dengan
baik, korek yang diberikan habis tanpa ada api yang dihasilkan. Merasa sangat
menyesal, telah menghabiskan sumber daya penghasil api yang diberikan, saya dan
asdar pun mengambil lup berharap
matahari terik muncul di tengah-tengah kondisi pancaroba, sebentar ada matahari
sebentar malah mendung. Percobaan menyalakan api gagal. Lup yang sudah dua jam
terpasang tak mampu menghasilkan api.
Kami lalu duduk bertiga memasang
tampang pasrah, berpikir bagaimana caranya mengobati kaki Riska agar bisa
kembali berjalan. Sementara Riska masih tetap histeris dengan lukanya. Ia
berteriak “Mauka pulang.., Mauka pulang”. Lalu menyebut nama orang tuanya,
sambil menangis. Pemandangan ini membuat saya dengan Asdar merasa bingung dan
hanya bisa menenangkannya dengan berkata “Sabar.. kita nanti pulang kok, tapi
lewati dua hari lagi. Tenang, lukanya pasti sembuh!”. Nampaknya untuk
menenangkan orang, kata-kata ini tak bagus hingga membuat Riska makin histeris
dan kami makin bingung. Lama-kelamaan mungkin sudah capek menangis dan teriak,
Riska jadi tenang sendiri. Tiba-tiba, sekitar pukul 13.00 WITA ada 3 orang
asing mendatangi kami, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Kakak-kakak
ini mengaku angkatan 2009 yang sedang melakukan penelitian. Salah seorang kakak
berkata : “Apa dibikin di sini dek ? Ini temanmu kenapa ?”. Sontak, Asdar pun
menjawab : “Sakit kutu air ki’ ini kak”. “Mana itu tadi minyak gosok wee?” kata
salah seorang kakak cowok kepada temannya yang cewek. Lalu, kakak cowok yang
satunya mengeluarkan minyak gosok dari kantongnya. “Ambil mi ini minyak dek,
obati lukanya temanmu tidak bisa jalan nanti itu” kata kakaknya. “Jangan mi
kak, nanti kita butuhkan juga ini minyak.” kata Asdar berusaha menolak. Namun,
karena paksaan dari kakak-kakak ini dan karena kami memang sangat membutuhkan
obat untuk Riska kami pun mengambil minyak gosok itu. Tak lupa mengucapkan
terima kasih, setelah itu kakak-kakak penolong ini langsung pergi tanpa
meninggalkan jejak. Obat untuk Riska sudah ada di tangan, sekarang waktunya
kami mengobati kaki Riska seraya berdoa agar besok kakinya lebih baik kondisinya
dan bisa melanjutkan perjalanan ke camp selanjutnya.
Tiba-tiba rintik hujan membasahi
kami, ketika itu pukul 15.25 WITA. Dengan sigap, Asdar membangunkan Bivouac untuk
saya dan riska. Ia menggunakan satu ponco saja yakni ponco tentara yang saya bawa.
Ponco ini sangat lebar hingga saya sama Riska nyaman berada di dalamnya. Kami
sengaja hanya membangun dua Bivouac, saya disatukan sama Riska supaya saya bisa
menjaga dan merawatnya, dan Asdar disatukan bersama carrier kami. Setelah Bivouac selesai, kami lalu melepas lelah
tidur di Bivouac masing-masing. Terkadang kami terbangun karena rintihan hujan
yang mengenai wajah atau karena deru angin yang begitu kencang. Saya juga biasa
terbangun karena mendengar jeritan Riska menahan sakit di kakinya. Hanya menenangkan
dan menyuruhnya berdoa hal itu yang bisa ku lakukan.
ü Jumat,
31 Januari 2014
Hari ini kami bangun pukul 06.15
WITA dengan semangat mulai bergerak ke titik yang lainnya. Semangat awal kami
mulai dengan membongkar Bivouac, lalu menyantap setengah bagian biskuit kami
yang masih tersisa kemarin untuk bertiga dan daun yang dicampur dengan gula
pada pukul 07.18 WITA. Setelah selesai menanggani masalah cacing di perut kami
pun bergegas mengambil carrier untuk
mulai perjalanan.
Asdar membawa carrier nya dan carrier Riska,
sedangkan saya membantu Riska berjalan dengan cara membopohnya sesuai dengan
rencana yang kemarin kami janjikan kepada kakak-kakak. Sekitar pukul 08.03 WITA
kami jalan menuju titik P1(0,1) dengan . Setelah
mendapatkan azimuthnya, saya dan
Asdar mulai bergerak. Ternyata, jalur kali ini harus menyebrangi sungai.
Sehingga, ketika sampai di ujung sungai, kami harus beristirahat mencari makan
dulu karena saya merasa sangat lapar. Asdar pun mulai mencari sumber makanan
yang bisa dimakan. Sasaran kami kali ini ialah kepiting, mulai
mencungkil-cungkil tanah akhirnya Asdar mendapatkan sebuah kepiting untuk kami
konsumsi saat itu. Karena tak bisa menyalakan api, maka saya memakan kepiting
itu tanpa dimasak, setelah saya berisihkan isi perutnya. Rasanya enak sekali
dan masih mau tambah, mungkin karena saya terlalu lapar namun kami kurang
beruntung karena hanya mendapat satu kepiting saja, jadi yang beruntung
merasakan nikmatnya kepiting mentah itu hanya saya saja. Merasa istirahat kami
sudah cukup, pukul 09.15 WITA kami kembali memulai perjalanan hingga berhasil
menemukan titik P1(0,1) pada pukul 10.15 WITA di sekitar area
sungai. Dalam perjalanan menemukan P1(0,1), tiba-tiba Asdar
mendapatkan korek api yang masih utuh dan dibungkus di kantong plastik.
Penemuan ini membuat kami sangat senang, merasa ada titik terang dari jalan
buntuh kelaparan yang kami derita. Kami pun berpikir bahwa korek api ini
sengaja diletakkan oleh kakak-kakak instruktur untuk membantu kami dalam
perjalanan. Lama angan menebak-nebak maksud keberadaan korek api ini, sekejap
Asdar menyimpan baik-baik benda pembuat api itu di kantongnya seperti emas yang
sangat berharga. Lanjut setelah mendapatkan titik yang dicari, kami kemudian
kembali lagi mengambil Riska yang sedang beristirahat di pinggiran sungai
tempat istirahat awal kami. Alhasil, pukul 10.35 WITA kami lanjut berjalan
mencari titik P1(0,2),
titik ini kami temukan di area hutan pinus. Di titik ini kami mendapat lagi
kiriman bantuan yaitu sebotol air minum. Tanpa basa-basi karena haus yang mendera,
saya dan Asdar langsung meminumnya dengan yakin bahwa ini titipan dari kakak-kakak
yang ada di camp induk. Seperti biasa setelah mendapat titik yang dicari, kami
kembali turun menjemput Riska untuk menuju titik tersebut. Karena daerah yang
kami lewati begitu terjal antara turunan dan tanjakannya maka Riska
sampai-sampai rela ngesot dan jalan
dengan menggunakan tangan demi melewati medan ini menuju ke titik P1(0,2).
Sesampainya Riska di titik P1(0,2) pukul 11.55 WITA kami
beristirahat sejenak. Saya dan Riska bahkan sempat memejamkan mata untuk
beberapa menit merasakan indahnya tidur di antara tegakan pinus. Tak membiarkan
kami tertidur lama, Asdar membangunkan ku pukul 12.45 WITA untuk melanjutkan
perjalanan mencari titik P1(0,3). Kami memulai perjalanan, sementara Riska tetap menunggu di titik P1(0,2).
Setelah lama berjalan akhirnya pada pukul 13.30 WITA kami mendapatkan titik P1(0,3).
Mengecewakan di titik ini kami tidak mendapat bantuan apa-apa, mungkin kami
terlalu berharap untuk selalu mendapat bantuan. Kembali menjemput Riska untuk
di bawah ke titik P1(0,3) kami beristirahat lagi karena Riska sangat
capek berjalan. Tak lama, pukul 14.45 WITA kami mulai berjalan menuju titik P1(0,4)
yang menurut kompas harus melewati daerah-daerah yang curam.
Keasikan berjalan, kompas memaksa
saya harus menyebrangi sungai dari daerah terjal. Sebagai posisi back azimuth otomatis saya menjadi orang
yang lebih duluan berjalan. Melihat tingginya daerah curam ke sungai membuatku
banyak-banyak berdoa. Tiba-tiba tanganku tak mampu lagi menggapai pohon, akar
atau apapun itu yang dapat dijadikan tempat tangan berpegangan. Dengan gaya
menempel di tanah, saya meminta bantuan Asdar. Berniat membantu namun salah
eksekusi Asdar malah menimpa badanku dari atas. Bebanku semakin berat, tanganku
berusaha memegang pohon besar yang lumayan jauh dari tanganku tapi jika tak
kugapai saya akan jatuh sia-sia. Berusaha menggapai dan berhasil tiba-tiba
genggaman tanganku di pohon terlepas. Jatuh bebas mungkin bisa mendeskripsikan
gaya jatuhku. Asdar terlihat shock
melihatku terjatuh, dan saya hanya bisa meneriakan nama Tuhan dan nama Mama ku
saja. Puji Tuhan, pendaratannya sempurna karena pantatku sampai duluan makanya
tidak tercipta luka namun aku mengkhawatirkan kebutaan karena tumbukan dengan
tulang ekor. Tapi ketika telah sadar berada di sungai, saya malah ketawa
sekeras-kerasnya membayangkan betapa magic
nya cara jatuhku tadi tanpa luka sedikitpun. Sungguh luar biasanya kuasa Tuhan
tercipta dalam hidupku. Mengatur nafas karena shock, Asdar kemudian menyusulku ke sungai. Lalu, kami kembali
berjalan lagi dengan semangat mencari titik P1(0,4) . Namun, hingga pukul 17.15 WITA kami belum-belum
mendapatkan titik P1(0,4) sehingga kami memutuskan untuk kembali ke
titik P1(0,3) selain karena tak mendapat titik yang dituju juga
karena hari sudah malam dan Riska sendiri menunggu kami.
Kini pukul 18.45 WITA kami sampai
di tempat Riska beristirahat, lalu kami membangun Bivouac di sekitar titik P1(0,3).
Tepat pukul 19.30 WITA semua Bivouac sudah berdiri. Kali ini kami hanya
membangun dua Bivouac saja, satu Bivouac untuk saya dengan Riska dan satu untuk
Asdar sendiri. Rancangan ini sama seperti hari sebelumnya. Pukul 19.45 WITA
kami semua sudah terlelap dalam lelahnya masing-masing. Menutup hari ini dengan
semangat untuk lebih banyak menemukan titik di hari esok.
ü Sabtu,
1 Februari 2014
Sabtu ini merupakan hari terakhir
kami survival dan harus kembali ke
camp induk pada pukul 20.00 WITA. Hari ini kami menghembuskan nafas pertama pada
pukul 06.25 WITA. Asdar bangun lebih awal dan membangunkan saya dan Riska yang
masih tak mau beranjak dari Bivouac karena dingin yang mendera. Pukul 07.18
WITA kami sarapan mie instant mentah karena korek api yang kami temukan masih
basah dan tak bisa digunakan. Berharap mie instant yang dikonsumsi bisa memberi
energi yang baru untuk berjalan kali ini. Ketika membicarakan strategi
perjalanan hari ini, Riska mengatakan ia tak bisa lagi berjalan mencari titik
karena luka di kakinya makin parah. Sekitar pukul 07.45 WITA saya dan Asdar
berputar otak mencari jalan keluar. Akhirnya diputuskanAsdar pergi mengambil
air dulu di sungai untuk konsumsi minuman kami karena kami sangat haus sudah
makan mie dan tak minum air. Setelah meneguk air, akhirnya kami memutuskan agar
Asdar pergi mencari titik P1(0,4) sendiri karena saya tak bisa menemainya
demi menjaga Riska. Kami tak mungkin meninggalkan Riska sendiri dalam kondisi
lukanya yang makin parah.
Asdar akhirnya meninggalkan kami
demi mengemban tugas mencari titik pada pukul 08.40 WITA namun tak terasa
beberapa menit berselang Asdar kembali lagi bersama kak Reskiyanto R Mangalla (GM17)
dan kak Dwiki Andrianus (GM19). Saya dan Riska merasa heran, kami langsung
disuruh membongkar Bivouack dan packing
semua barang-barang kami. Kami diajak berjalan menuju camp induk pada pukul
09.45 WITA, berjalan masih dengan posisi awal Asdar dengan dua carrier dan saya dengan carrier sendiri sambil membopoh Riska.
Namun, karena Riska sangat lama berjalan maka kak Reskiyanto R Mangalla (GM17)
memutuskan untuk mengendong Riska. Dalam perjalanan, kami beristirahat sejenak
di hutan pinus pada pukul 10.55 WITA lalu kembali melanjutkan perjalanan dan
istirahat kedua kalinya masih tetap di hutan pinus sambil berupaya menyalakan
api untuk memasak ransum kami yang masih tersisa. Asdar ditugaskan mencari kayu
bakar, dan saya ditugaskan mencari tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. Setelah
semua terkumpul, Asdar berusaha menyalakan api menggunakan korek api yang kami
temukan namun tak bisa. Kak Dwiki Andrianus (GM19) turut membantu menyalakan
api dengan menggunakan api rokoknya, dan kak Reskiyanto R Mangalla (GM17)
membantu menyalakan api dengan mengambil getah pinus. Tak lama kemudian, api
menyala. Kami mulai memasak beras kami, juga memasak tumbuh-tumbuhan yang telah
dikumpulkan tadi serta membakar ikan kering. Susah payah menjaga agar api tak
mati, Asdar dan kak Reskiyanto R Mangalla (GM17) ganti-gantian mengambil getah
pinus. Sesungguhnya getah pinus ternyata mudah terbakar dan cocok untuk
dijadikan bahan penghasil api ketika musim penghujan. Sejam kemudian, pukul
11.55 WITA nasi kami telah masak, ikan kami juga telah masak dan sekarang
waktunya menyantap hidangan sederhana ini. Satu nesting bertiga cara kami
menikmati makanan kali ini, sekejap makanan yang ada habis. Entah karena doyan
ataupun lapar, semua habis tanpa sisa.
Selesai memanjakan cacing di perut,
kami kemudian bergegas packing
kembali alat-alat masak dan membersihkan tempat pembakaran kami lalu lanjut
berjalan menuju camp pada pukul 13.50 WITA. Kali ini, kak Reskiyanto R Mangalla
(GM17) menyuruh Riska harus berjalan sendiri tanpa ia gendong dan akhirnya
Riska dengan bantuanku dan Asdar berhasil berjalan dengan baik. Tiba-tiba kami
harus melewati sungai dan kaki Riska tak boleh basah demi membaiknya lukanya,
sekitar pukul 15.45 WITA saya dan Asdar mengangkat Riska menyebrangi sungai dan
bertemu dengan kolap. Ternyata, di tegalan tempat kolap berdiri sudah ada instruktur
PPGD bersiap untuk memberi simulasi PPGD. Dalam simulasi kali ini, kami diberi
kasus menanggani korban yang terkena patah tulang kaki kiri, patah tulangi tangan
kiri, luka di pelipis dan juga disuruh membuat tandu. Korbannya juga disuruh
memilih salah satu dari teman kami. Karena Riska sakit kakinya dan susah
bergerak maka saya dan Asdar memutuskan untuk menjadi Riska sebagai korban.
Membagi tugas, Asdar membuat spalag untuk Riska dan saya mengobati luka di
kepalanya terlebih dahulu. Setelah spalag jadi, saya melakukan bebat pada kaki
kiri Riska yang patah menggunakan spalag dan membalut dengan baju dan Asdar
membuat tandu. Setelah itu, untuk tangannya Riska saya pakaikan sarung lalu
digendong di lehernya. Tandu selesai, sekarang saya dan Asdar mengevakuasi
korban ke tandu. Lalu ketika disuruh mengangkat korban yang sudah berada dalam
tandu, saya sangat tak kuat mengangkat tandunya. Akhirnya, kak Risal Army Jaya (GM19)
menggantikan posisi saya. Sehingga, Asdar dan kak Risal Army Jaya (GM19) yang
menandu Riska dan saya membawa carrier Riska
dan carrier saya. Pukul 16.45 WITA
kami berjalan menuju camp induk. Setiba di sana, pemandangan tak biasanya kami
lihat. Kami disambut seperti pahlawan yang baru pulang berperang. Setiba di
sana, kolap menyuruh kami untuk membereskan barang-barang kami semua lalu
bersiap untuk mengikuti acara penutupan survival.
Acara penutupan survival dibuka pukul 17.05 WITA dalam
acara ini kak Nurul Hisbiyah GM19 masih berperan sebagai master of ceremony. Kami mengawali upacara dengan menyanyikan Mars
Hutan Gunung Pandu Alam Lingkungan. Mars yang dinyanyikan ini betul-betul
dihayati ketika mengingat perjalanan selama 3 hari melakukan survival. Acara penutupan ini juga,
dimeriahkan dengan acara suap-suapan bubur kacang hijau ke peserta yaitu saya,
Asdar, dan Riska. Selesainya upacara, pukul 17.45 WITA kami diminta memakan
semua hidangan yang disajikan, ada bubur kacang hijau, ada susu, dan ada
agar-agar. “Hmmmm…. Nikmatnya!” gumam batin kami.
Selesai acara penutupan kegiatan survival, kami membuat Bivouac pada pukul
18.35 WITA. Dalam pembuatan Bivouac kali ini, kami menyatukan semua Bivouac
kami sehingga hanya menggunakan dua ponco saja. Setelah Bivouac selesai, kami
menyantap nikmatnya makan malam dengan mie, tic tac, dan jagung. Perut kami
sudah terisi penuh berbeda dengan malam sebelumnya menahan lapar di kala
dinginnya malam, sekarang pukul 21.05 WITA kami dijadwalkan mengikuti diskusi
bersama ketua P.A.L koordinator pengkaderan kak Wahyudin Mus (GM17), badan
pengawas kak A.Riansyah Dwi G (GM15) dan dua kakak senior mantan ketua P.A.L
kak Moeh Hady Akbar Zam (GM13) dan kak Abdul Hakim (GM15). Dalam diskusi kali
ini, kami bercerita mengenai bagaimana pandangan kami dan orang-orang lain tentang
P.A.L. Acara malam ini dilanjutkan dengan malam ramah tamah bersama seluruh
warga P.A.L pada pukul 22.45 WITA. Malam ini ditutup dengan penuh keakraban
karena sudah saling mengenal satu sama lain.
ü Minggu,
2 Februari 2014
Hari ini dijadwalkan sebagai hari
terakhir kami di Hutan Pendidikan Unhas ini. Kami baru saja tertidur pada pukul
01.15 WITA dini hari. Tiba-tiba kami melihat banyak cahaya, yah cahaya lilin yang
berjejeran di hadapan kami. Kami disuruh berjalan di dalam lingkaran cahaya
lilin ini, betapa terharunya kami diperlakukan begini. Kemudian diadakan
upacara pelantikan anggota muda, kak Nurul Hisbiyah GM19 masih tetap menjadi master of ceremony. Membuka upacara,
mars Hutan Gunung Pandu Alam Lingkungan dikumandangkan. Lalu ketua P.A.L
memberikan sambutannya dan dilanjutkan oleh badan pengawas kak Muh.Indra
Saputra (GM15). Setelah itu dalam keadaan begitu romantis di antara cahaya
lilin dan derai hujan, diadakan penyerahan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) kepada
peserta. Asdar dipakaikan PDL oleh Ketua P.A.L, saya dipakaikan PDL oleh kolap
dan Riska dipakaikan PDL oleh kak Lullung Langi (GM14). Upacara pelantikan ini
ditutup oleh doa yang dibawakan oleh kak Abkar (GM18).
Setelah selesai pelantikan, kami
semua sekitar pukul 05.35 WITA disuruh mengganti pakaian dengan pakaian kering.
Lalu, saya dan Asdar disuruh membantu masak di tenda konsumsi sedangkan Riska
sudah berada di tenda konsumsi untuk diobati lukanya. Tugas pertama saya dan
Asdar yakni mencuci piring di sungai, lalu setelah itu saya disuruh masak nasi.
Namun karena air sungai masih keruh jadi kami menunggu air bersih untuk memasak
nasi. Sambil menunggu air, saya mencoba bubur kacang hijau sisa semalam
sekaligus mengisi perut yang lapar. Sekitar pukul 07.00 WITA, saya sudah
mendapatkan air bersih dan telah memasak nasi. Sambil menunggu nasi masak, saya
juga membantu kakak-kakak untuk mengupas bawang, mengupas telur, memotong
tempe, dan hal kecil lainnya. Setelah beberapa lama, nasi saya sudah masak dan
ternyata harus masak nasi dua kali karena jumlah personil yang makan banyak.
Jadilah nasi dua kali. Sambil menunggu masaknya nasi, pukul 10.00 WITA kami
disuruh packing semua barang-barang.
Karena kaki Riska masih sakit maka saya melakukan packing dua kali yakni untuk
carrierku dan untuk carrier
Riska. Pukul 12.05 WITA masakan disantap, keluhan terbanyak diraih oleh nasi
yang saya masak. Nasinya belum masak sepenuhnya. Namun, semua makanan lahap
dihabisi. Selesai menyantap makanan, saya dan Asdar pun disuruh menanam pohon,
kami juga menanamkan pohon untuk Riska karena ketika itu ia masih sulit
berjalan. Pohon ini nantinya akan kami perhatikan perkembangannya jika kami
kembali berkunjung ke camp ini. Berharap semoga pohon yang kami tanam akan
tumbuh subur. Menanam pohon selesai,
agenda selanjutnya diadakan foto-foto tiap gladimula dan foto bersama. Dalam
acara foto-foto ini, Riska sempat pingsan beberapa detik karena tak mau lagi
ikut foto karena kakinya yang sakit. Awalnya ia mau duduk, lalu tiba-tiba
pingsan. Hal ini membuat kami panik, lantas kak Maulidarni (GM15) memberi
minyak kayu putih di hidung Riska agar ia cepat sadar. Setelah Riska sadar,
sekitar pukul 13.55 WITA kami memulai berdoa bersama dulu sebelum tracking menuju mes tempat menunggu
mobil pascas.
Perjalanan tracking ke mes dimulai pukul 14.00 WITA. Karena tak bisa berjalan
maka Riska awalnya digendong oleh kak Reskiyanto R.M (GM17) terkadang diganti
oleh kak Andi Fajaruddin (GM16). Ketika mereka mulai capek, Riska lalu
dibuatkan tandu yang dibawa bergantian oleh kak Kiya, kak Ahmar, dan kak Wahyu.
Lama berjalan akhirnya kami sampai di mes, kira-kira pukul 15.00 WITA dan
menunggu lagi kedatangan mobil pascas yang akhirnya tiba pukul 16.05 WITA.
Selama di perjalanan pulang, kami mengalami beberapa kemacetan yang disebabkan
oleh adanya pohon tumbang. Akhirnya, pukul 18.45 WITA kami tiba dengan selamat
di basecamp P.A.L.
Kegiatan lapangan Gladimula 20
selama seminggu ditutup dengan acara penutupan yang diadakan pukul 19.15 WITA.
Dalam acara ini, kembali dikumandangkan Mars Hutan Gunung Pandu Alam
Lingkungan, pemberian kata sambutan oleh ketua panitia kak Nur Zaman (GM18),
sambutan oleh ketua P.A.L dan pelepasan scarft
yang dilakukan oleh ketua P.A.L terhadap kolap. Kegiatan seminggu ini kami akhiri
dengan pengalaman yang tak terlupakan.
INILAH KITA GLADIMULA 20 !
Asdar, Riska, Frans