(Kloter
enam : Baso, kak Wiki dan Ila)
Sabtu, 11 November 2017
Di
pagi hari, rutinitas sarapan kembali berulang. Pengambilan data di dalam gua
berjalan dengan lancar. Kami makan siang sambil menunggu kedatangan kloter
keenam. Menunggu yang begitu lama, membuat kak Julian sama Ica mengobrak-abrik
dapur mencari makanan yang bisa diracik. Ternyata masih ada puding rasa
strawberry yang tersisa. Ica segera membuatnya dan kami menunggu dingin untuk
disantap sambil menonton FTV.
Saya
menunggu hingga ngantuk dan masuk tidur dalam tenda. Ica tertidur di depan
kompor dan kak Julian di luar tenda. Tak lama, kak Julian membangunkan saya
untuk makan puding yang sudah dingin. Selesai mencicipi puding, kloter enam tak
kunjung. Saya kembali tidur. Hahaha, benar-benar malas.
Lagi-lagi,
kak Julian membangunkan saya dengan menendang tendaku. Saya merasa terganggu, beberapa kali saya kaget. Namun memilih
tidur lagi hingga dia teriak. “Wee.. Frans, ada temanmu. Bangun ko. Datang mi temanmu,” ujarnya berulang kali.
Saya
bangun dan melihat sudah ada kak Wiki, Ila dan Baso yang berdiri di depan camp. Ahhh, waktunya berpisah dengan kak
Julian dan Ica. Sedihnyaa…. Masih kangen nonton FTV bersama, masuk gua bersama
dan bernostalgia masa KKN bersama. Saya akan merindukan
kaliaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan. Hiks.
WELCOME kloter enam………….
Hari ini kloter keenam kembali membawa makanan dari
rumah saya. Nikmat sekali rasanya. Malam hari dilalui bersama masakan dari mama
saya dan berbagi cerita. Kak Wiki menyuruh saya bercerita tentang kisah dan
kesan selama penelitian. Oh iya, ini kloter terakhir selama dua minggu di lapangan
dan artinya kita akan segera menangkap kelelawar untuk proses identifikasi lalu
pulangggggggggggggg. Yeaaaah yeyeyyelallalayeyyeellalala.
Saya
memang sengaja membagi tugas dalam dua minggu ini agar pengambilan data lebih
efektif. Pertama-tama yang dikerjakan ialah membuat stasiun pengamatan di dalam
gua untuk mengambil data suhu dan kelembaban. Selain itu, pengamatan populasi
kelelawar dengan cara mengambil potret kelelawar di sarangnya juga menghitung
jumlah kelelawar yang ada. Di hari terakhir akan ditangkap kelelawar untuk
diukur, dipotret dan diawetkan sebagai pendukung proses identifikasi jenis
kelelawar.
Asik
bercerita, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya menguyur camp. Tenda kami kebocoran. Kak Wiki dan Baso pun segera lompat dan
memperbaiki flysheet tenda dan
menadah air hujan di sudut-sudut tenda. Air hujan yang ditadah ini akan diminum
nantinya. Soalnya ketika hujan turun, air menjadi keruh.
Mengalami
kejadian kebocoran tenda bersama kloter keenam membuat kak Wiki mengejek
teman-teman penelitian saya yang tidak kreatif sehingga ketika hujan tenda bisa
tergenang air. Namun, ia memuji karena parit yang dibuat mengelilingi tenda.
Mendengar hal ini, saya membela setiap teman penelitian saya yang memiliki
kemurahan hati yang melimpah itu.
Setelah
tenda aman dari serangan hujan dan angin kencang, kami melanjutkan cerita
sambil menyusun rencana agar bisa menangkap kelelawar di pagi hari. Saat itu,
kami terlambat memasang jaring di depan gua sehingga ular lebih dulu muncul di
sana dan trap pun gagal dipasang.
Seperti
biasanya kehadiran saudara-saudari P.A.L membuat kami saling sharing alias gosip mengenai berbagai
orang. Tak jarang, kami yang ada di tenda pun mendapat jatah untuk dibahas.
Sekitar pukul 23.00 Wita, saya dan Baso kembali mengecek kondisi mulut gua.
Kami berharap ular sudah tidak ada di sana dan bisa memasang trap. Ternyata, apa yang diharapkan tak
sesuai dengan kenyataan. Kami semua sudah mengantuk tapi perasaan tidak tenang
jika jaring belum terpasang. Akhirnya, diputuskan untuk bermain Ludo sambil
menunggu ular pindah dari tempat mencari makannya.
Tepat
pukul 01.00 Wita, ular belum pergi dan akhirnya kami tidur dan memutuskan untuk
memasang trap subuh hari pukul 05.00
Wita. Namun, saya menyetel alarm pukul 04.00 Wita agar memasang jaring lebih cepat.
Saya
bangun pukul 04.00 Wita tepat ketika alarm berbunyi dan keluar tenda. Namun,
kondisi sangat gelap sekali. Baso dan kak Wiki tidur begitu lelap di tendanya,
sehingga saya kembali tidur juga dan menunda membangunnya hingga sejam
kemudian. Saya akhirnya menggoyang-goyangkan tenda Baso supaya ia bangun dan
membantu memasang jaring. Jaring terpasang, semuanya kembali tidur hanya saya
yang sadar di dalam tenda. Sekitar pukul 06.30 Wita, suara kelelawar sudah
terdengar. Saya keluar dari tenda dan melihat sangat banyak kelelawar yang
berterbang di sekitar camp karena
mulut gua ditutup oleh jaring.
Saya
pun meloncat keluar tenda dan memanggil Baso dan kak Wiki untuk membantu
mengambil jaring kelelawar dan melakukan proses pembiusan dan pengukuran
kelelawar. Ila juga bangun membantu kami. Awalnya saya mengambil 9 sampel
kelelawar untuk dibius. Dengan tergesa-gesa dan gegabah saya membius 9 ekor
kelelawar ini lalu mengukurnya. Selesai diukur, saya melihat ternyata semuanya
berasal dari famili yang sama. Saya mengawetkan 2 ekor saja untuk
diidentifikasi di laboratorium.
Selesai
pengambilan data kelelawar, kami pun bergegas sarapan. Setelahnya, saya masuk
gua bersama Ila untuk mengambil data suhu yang telah terekam di ibutton selama penelitian dari hari
pertama. Kami akan masuk berdua karena Baso dan kak Wiki sudah bosan masuk ke
gua. Hahaha.
Setelahnya
waktunya packing untuk kembali ke
Makassar. Ahh, akhirnya yah kembali ke pelukan orang-orang tersayang nan jauh
di sana. Packingan kami kali ini
sangat berat. Bayangkan saja, ketika datang saya bersama 5 orang lainnya
membawa barang dan saat pulang hanya bersama 3 orang saja. Aduh, mari kita
kuat-kuatkan pundak ini, kawan. Semangatsssss….
Akhirnya,
kami pulang dengan berat beban yang tidak wajar. Baso dengan carrier bersama drybag. Ila daypacknya
dan menenteng beberapa alat. Saya bersama daypack
Baso dan menenteng trashbag sampah.
Kak Wiki bersama carrier dan daypacknya. Selama berjalan kami saling
menguatkan satu sama lain bahwa ini hari terakhir jadi harus kuat pulang sampai
Makassar. Hahaha.
Di
perjalanan, ternyata ban motor Baso kempes dan kami kesusahan mencari bengkel
untuk menambah angin. Nampaknya beban memang teramat berat sehingga motor pun
lelah. Kak Wiki dan Ila rupanya mengalami masalah yang sama dengan kami.
Oh
iya, sebelum pulang kami singgah berpamitan di rumah pak RT 1 Manyampa, tempat teman-teman penelitian
saya selalu menyimpan motor sebelum tracking
menuju lokasi camp. Pak RT
lagi-lagi menjamu kami dengan jagung bakar. Ahh, sedapnya…. Sembari Baso dan
Ila membakar jagung, saya dan kak Wiki pergi mencari warung penjual air dingin
dulu. Kami kelelahan dan haus ingin minum air mineral yang paling dingin
sedunia..
Selesai
menyantap jagung, kami bergegas pulang dan saya masih menintipkan beberapa
peralatan pengambilan data kelelawar di rumah pak RT karena akhir pekan depan
saya masih akan kembali lagi. Masih ada 2 jenis kelelawar yang belum tertangkap
di jaring saya. Kami berpamitan dengan keluarga pak RT dan selamat tinggal Mara
Kallang, sampai jumpa nanti…
Back to Makassar yeaaaah….
Perjalanan
ke Makassar berjalan lancar. Seperti biasanya, Baso beberapa kali diingatkan
oleh kak Wiki dan Ila untuk mengajak saya cerita di motor karena jika tercipta
suasana hening, saat itulah zona nyaman untuk tidur pun muncul. Tidur di atas
motor, itu keahlian saya. Hahaha. Tapi tolong jangan ditiru apalagi saat
membawa beban berat dan perjalanan jauh.
Akhirnya
perjalanan pun diwarnai dengan curhat colongan dari Baso mengenai kisah
cintanya. Ahahahhaha. Bagus yah pemilihan tema ceritanya bro, saya akhirnya tak
tidur hingga sampai di tujuan, Basecamp P.A.L.
Tidak
tidur di motor kali ini, menjadi sebuah prestasi. Tapi, ada saja hal-hal aneh
yang terjadi. Tiba-tiba saja entah mengapa hal ini terjadi, cover carrier saya malah terlepas dan
tak tau jatuh di sudut jalan sebelah mana. Sialnya, ini bukan carrier dari teman-teman di P.A.L
melainkan miliknya temannya teman saya di P.A.L. Ribet kan alur carrier ini? Hmm.
Saya
pun galau sangat dan menanyakan hal ini pada Baso, namun ia menyuruh saya untuk
tidak panik. Kembali mencari cover carrier juga ialah pilihan yang rempong,
soalnya kami tidak tau cover itu
jatuh di bagian mana. Perjalanan dilanjutkan dengan perasaan yang tidak enak.
Tak
lama setelah itu, motor kak Wiki melaju mendahului motor Baso. Saat itu juga,
saya melihat Ila memangku sebuah cover berwarna
oranye. Hati saya sangat legah. Ahhh… terima kasih Tuhan.
Sesampainya
di basecamp P.A.L, Ila dan kak Wiki
langsung terbaring karena sangat capek. Baso pun langsung balik ke rumahnya di
Sudiang. Saya juga bergegas untuk membereskan barang-barang, memisahkan barang
yang akan dicuci dan barang yang masih dapat digunakan untuk ke lapangan
selanjutnya. Setelah semua barang tersimpan dengan baik, waktunya pulang ke
rumah. Eitss, tapi ini hari Minggu. Saya ingin pergi ke gereja.
Segera
saya hubungi kak Julian untuk menjemput adiknya yang sangat lelah dari lapangan
ini dan mengantarnya pergi ke gereja.
Cerita lain!
Kembali
ke lapangan kali ini belum berarti tugas saya sudah selesai. Masih ada 2 jenis kelelawar yang bersarang di Gua Mara
Kallang yang belum saya tangkap. Selain itu, pengambilan data yang hanya 12
hari itu terjadi karena waktu yang digunakan sudah cukup mendapat data kondisi
fisik dan lingkungan gua dan populasi kelelawar di dalam gua. Tugas
selanjutnya, ke lapangan dan menangkap dua jenis kelelawar….. Yeaahhhhhhh.
Lalu, siapa
yang akan ikut bersama menangkap kelelawar? Saya kembali kebingungan mencari
teman yang ingin bergabung menemani selama di lapangan. Untungnya saja, saat
itu banyak teman dari lab KSDHE yang ingin ikut. Ada St, kak Dara, kak Agung
juga Yusuf. Syukurlah…. Tunggu saya kele di Gua Mara Kallang. Uhuuuy…….
TO BE CONTINUE
0 comments:
Post a Comment