Meine

My life, My adventure, My story..

Pages

Cerita Penelitian : Menemukanmu dalam Gelap [END]


HARI BERSAMA KLOTER DELAPAN

(Kloter delapan : kak Julian, Yusuf dan Rani)

Senin, 28 November 2017
           
            Kali ini kami kloter delapan tidak berangkat secara bersamaan dari Makassar. Yusuf yang memang tinggal di Pangkep membuat kami janjian saja ketemu di jalan masuk Tonasa II. Saya berangkat bersama kak Julian sekitar pukul 09.00 Wita menuju tempat janjian dengan Yusuf dan Rani.

            Setelah menempuh dua jam perjalanan, kami berjumpa dengan Yusuf dan lanjut cuss menuju Desa Manyampa. Sampai di waktu yang tidak sesuai dengan perjanjian membuat pak RT lama membuka pintu. Ternyata, ia sedang berada di rumah tetangga. Lama kami berteriak memanggil-manggil baru ia datang. Pak RT malah mengira saya tak akan datang, soalnya kemarin berjanji akan kembali pada hari Sabtu.

            Kami pun bergegas menyimpan motor dan mengambil peralatan penelitian yang telah disimpan di rumah pak RT. Pak RT memberi kami jagung sebagai bekal yang bisa dimasak di tenda nanti. Setelahnya, packingan dibagi rata dan tracking menuju gua. Saya memimpin perjalanan dan diikuti oleh para lelaki di bagian belakang.
           
            Sejam lebih berjalan, akhirnya kami tiba di lokasi camp. Beberapa daerah di sekitar mulut gua ini tergenang air. Memang beberapa hari yang lalu katanya hujan terus turun. Hanya hari ini saat kami datang, tidak hujan. Kami lama sekali berputar-putar hingga menentukan lokasi camp yang sesuai.
           
            Tenda segera dipasang dan barang-barang dirapikan. Setelah selesai, saya segera memasak nasi dan kami makan siang bersama lauk yang telah dibawa dari rumah. Saat itu, jam baru menunjukkan pukul 15.00 Wita, hmmm masih lama. Trap akan dipasang pada pukul 17.00 Wita. Masih banyak waktu untuk istirahat. Akhirnya, kami tertidur di tenda masing-masing. Saya tidur sendiri bersama barang-barang. Sedangkan, kak Julian bersama Yusuf dan Rani dalam satu tenda.

            Satu jam tertidur, hujan turun dengan derasnya. Tenda saya bocor. Lagi-lagi, saya lupa membuat parit. Aduhhhh… duhh.. duh… Camp kembali tergenang. Saya berteriak meminta bantuan kak Julian, Yusuf dan Rani. Namun hanya kak Julian saja yang tersadar. Akhirnya kami berdua membuat parit sambil mandi hujan. Entah mengapa dua orang lelaki yang tertidur tak merasakan banjir sama sekali. Hmmmmm…. Tidur yang begitu hakiki. Hahhaha.
           
            Lama sekali saya dan kak Julian berjuang membuat parit dan membereskan barang-barang yang tergenang air hingga akhirnya Yusuf bangun membantu kami. Jam menunjukkan waktu hampir pukul 17.00 Wita. Saya segera menyiapkan jaring yang akan dipasang sebagai trap kelelawar. Oh iya, kali ini saya mengganti bentuk jaring yang digunakan.

            Dulunya memakai jaring bertangkai panjang yang bentuknya mirip jaring kupu-kupu, sekarang diubah jadi jaring yang dipakai memancing ikan betuknya mirip misnet hanya saja tidak dipasang dengan menggunakan bambu di ujungnya. Jaring saya hanya diikatkan pada tumbuhan menjalar yang terletak di dekat mulut gua. Jaring ini begitu lebar sehingga nampaknya tidak ada jalan keluar dari kelelawar. Hal ini membuat jaring harus segera dibuka agar kelelawar tidak mati dan terluka di dalam jaring.

            Sebelum pukul 18.00 Wita, kelelawar sudah banyak terperangkap di dalam trap. Saya segera memanggil kak Julian dan Yusuf untuk membantu membuka perangkap. Namun, Yusuf masih serius membuat parit. Akhirnya Rani bergabung bersama kami. Kali ini, tak ada lagi ular. Sehingga kami aman.

            Ternyata jaring dipasang kak Julian begitu ribet. Ia susah dibuka karena terait di beberapa tumbuhan menjalar. Kelelawar mulai mengamuk tidak tenang. Aduh, saya merasa kasian dan ingin segera melepas kelelawar yang sudah dapatkan sampelnya. Saya mengambil jenis kelelawar yang dicari dan segera diletakkan di kantong blacu sebelum dibius.
            Kak Julian dan Rani berusaha sangat keras membuka jaring. Kondisi setelah hujan membuat batuan karst sangat licin. Kak Julian hampir terjatuh, syukur saja ada Rani yang meraih tangannya sehingga ia tak jadi terjun bebas. Ahh, syukurlah…. Lama mencoba membuka jaring, akhirnya semua kelelawar bebas terbang menghirup udara bebas dan pergi mencari makan. Misi pencarian kelelawar telah selesai. Maafkan saya kele, membuat dirimu tersakiti. Hiksss….

            Hari ini kami bekerja sangat keras, hingga di malam hari perut begitu lapar. Saya masih saja sibuk mengawetkan kelelawar dan mengukur bagian-bagian tubuhnya. Kak Julian memasak dan Yusuf bersama Rani membereskan camp. Menu kita malam ini ialah nasi bersama mie instan jagung. Ada-ada saja resep kak Julian, tapi enak kok.. Enak….

            Malam hari, kami berbagai banyak cerita di tengah dinginnya malam. Saat ini, Yusuf dibuatkan forum untuk mencerita kisah cintanya. Saya, kak Julian dan Rani jadi pendengar setia yang sering ketawa-ketawa saja. Hahahahaaahahahha. Dini hari pukul 00.00 Wita, kami masuk di tenda untuk tidur. Ahhh, saya merasa dingin karena hanya tidur sendiri bersama barang-barang. Hiksss. Tapi, apa boleh buat?


Selasa, 29 November 2017

            Lagi-lagi, bangun pagi tercepat dimenangkan oleh kak Julian. Yeyyeyelallalala. Tapi kali ini terlewat cepat loh. Baru saja pukul 05.00 Wita ia sudah menggoyang-goyangkan tendaku sambil memanggil. “Franss…. Fransss… Franssss bangun ko cepat. Dingin ka Frans,” ujarnya mengigil.
           
            Saya bangun dengan muka melas dan bertanya ada apa. Ia meminta Sleeping Bag (SB)nya. Oh iya, memang saya tidur dengan 2 SB dan jaketnya. Saya lupa memberinya SB  saat ingin tidur. Ia segera mengambil pemberianku dan kembali tidur di tendanya. Saya juga kembali tidur. Satu jam kemudian, kak Julian bangun lagi dan memanggil. “Ada apa lagi kah?” ujarku kesal karena waktu tidur yang diganggu. “Frans, tidak bisa ma tidur. Ayo memasak eehh,” ajaknya. Aweeeeeeeeee, kenapa saya punya teman terlalu rajin begini? Hiksss…. Orang mau tidur lama-lama diajak bekerja pagi-pagi. Hmm, malasnya saya deh.
           
            Mendengar ajakannya, saya hanya bangun dengan muka masih merindukan bantal. Kami bercerita banyak hal dulu baru ketika pukul 06.30 Wita pergi mencuci piring dan memasak. Santapan kali ini, bubur jagung buatan kak Julian dan teh hangat buatan saya. Yeyyeyeye.

            Pukul 08.00 Wita barulah Yusuf dan Rani bangun. Makanan sudah terhidang siap untuk disantap bersama. Saya menyuruh mereka cuci muka dulu baru kami makan bersama. Selesai makan, saya, Yusuf dan Rani ingin masuk gua. Saya juga akan mengambil semua alat penelitian yang terpasang di dalam gua dan membuka semua webbing yang masih terpasang di gua. Kali ini, kak Julian tak bergabung bersama. Ia memilih memasak makan siang agar sebelum pulang kami bisa 
makan dulu baru tracking.

Siap masuk gua bersama Yusuf (coverall merah) dan Rani (coverall biru navy)

            Kali ini, satu setengah jam waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri gua. Kami hanya mengambil alat penelitian dan lama sekali foto-foto. Saya mengambil foto Yusuf dan Rani secara bergantian karena katanya ini pengalaman pertama mereka susur gua. Selesai itu, kami keluar siap menyatap masakan kak Julian lalu packing.

            Perjalanan bersama kloter delapan dipenuhi kisah diserang hujan badai, kak Julian hampir jatuh karena melepas jaring, kisah cinta Yusuf dan yang pastinya masakan yang dicampur-campur dengan jagung pemberian pak RT. Terima kasih kawan-kawan.

Mission COMPLETE……………………………. Puji Tuhan.

           
Penutup 

            Dalam kisah penelitian ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Pandu Alam Lingkungan Unhas periode 2017-2018, saudaraku Asdar. Dia yang selalu membantu saya selama mengurus berkas izin penelitian hingga survei lokasi, hanya karena tanggungjawab yang  ia emban jadi tidak bisa hadir menemani mengambil data saat penelitian.
           
            Terima kasih untuk pak RT Desa Manyampa dan seluruh warga Dusun Minggi, Desa Manyampa dan Desa Bantimurung. Terima kasih kakak-kakak Taman Nasional Babul, kak Muhammad Yunus yang memberi informasi gua yang jadi sarang kelelawar, kak Edy Kyoto dan kak Dewi yang membantu pengurusan Simaksi.

            Terima kasih kak Elis, Mira, Alva, Antoks, Baso dan juga P.A.L yang memberikan saya pinjaman peralatan susur gua. Terima kasih Lab KSDHE, Fakultas Kehutanan dan ibu Dr.Risma Illa Maulany,S.Hut.,M.NatResSt atas pinjaman alat penelitian.

            Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan oleh  setiap orang yang selalu dengar curahatan hati saya selama masa kuliah hingga penelitian dan jadi sarjana kehutanan.
           
            Dua orang terhebat dalam hidup saya, Bapak dan Mama saya yang selalu pusing karena anak perempuan satu-satunya yang jarang pulang ke rumah ini. Maafkan saya yang sok sibuk di kampus. Hehhe. Terima kasih bapak dan mama, selalu percaya bahwa saya bisa jadi anak yang baik di luar sana.

            Terima kasih Tuhan.

            Kele, saya beruntung diberi kesempatan mengenalmu.
            Terima kasih.
           

            Penuh cinta, 

Fransiska Sabu Wolor

0 comments:

Post a Comment