Meine

My life, My adventure, My story..

Pages

Cerita Penelitian : Menemukanmu dalam Gelap [Part 5]

HARI BERSAMA KLOTER EMPAT
(Kloter empat : kak Agung)

Minggu, 5 November 2017

            Pagi harinya, saya bangun saat matahari sudah mengarah ke tenda. Rasanya sangat panas dan memaksa badan ini untuk bergerak. Seperti hari sebelumnya kak Julian sudah bangun dan ia memasak sarapan nasi goreng bersama Pika. Ia bahkan membuat parit di camp kami. Saya memang bercerita bahwa camp ini tidak ada paritnya sehingga saat hujan kemarin, tenda kami tergenang.

            Melihat saya yang sudah bangun, kak Julian pun menyapa sambil memarkerkan pekerjaannya yang telah selesai. “Ada mi paritnya tendamu Frans. Jangan mko khawatir tidak tergenang mi tendamu kalau hujan ini nah,” Dengan muka yang masih merindukan bantal, saya segera keluar dari tenda dan melihat hasil jerih payahnya. “Ahahahahahhahahaha…. Parit apa ini? Siapa ajar buat parit begini? Astaga. Orang itu buat parit di dalamnya tenda kak. Bukan begini di luar tenda. Aduh, gagal lagi. Betul-betul kalau tidak pernah orang ke lapangan. Hahahhaha,” kataku panjang lebar. Ia yang mendengarnya pun langsung mengambil parang dan mengubur paritnya yang lama. Tanpa satu kata pun, kak Julian mulai membuat parit yang baru. Saya merasa tidak enak sekali.

            Tak lama, Diman bangun dan membantu kak Julian membuat parit. Selesai parit dibuat, kami segera makan. Nasi goreng ikan asin plus telur karya kak Julian dan Pika begitu nikmat. Kami makan dengan lahap. Saya, Diman dan Parjo kembali bersiap untuk pengambilan data dalam gua. Kak Julian dan Pika sibuk packing untuk pulang ke rumahnya masing-masing.Mereka memang harus pulang pagi karena Pika telah berjanji akan menjemput bapaknya di bandara. Parjo dan Diman juga ingin segera pulang. Katanya setelah selesai pengambilan data mereka langsung cuss pulang. Ada teman mereka yang akan menikah jadi mereka ingin menghadiri acaranya.

            Keluar dari gua, Pika dan Kak Julian sudah siap pulang dengan tas di pundaknya masing-masing. Diman dan Parjo juga sudah membongkar tenda dan membereskan barang-barang bawaannya. Tidak lama lagi, saya akan ditinggal sendiri di camp berteman sepi.

            Sendirian di camp ? Apa yang kalian lakukan jika terpaksa harus berada dalam keadaan seperti ini ? Saat itu, saya menyibukkan diri dengan hal-hal yang belum beres. Data penelitian saya salin rapi. Foto kelelawar saya backup di laptop. Jemuran yang sudah kering saya lipat. Membereskan tenda dan dapur. Membersihkan sampah sekitar camp. Semua hal saya lakukan hingga sudah tak ada lagi yang bisa saya kerjakan. Saya pun tidur.

            Matahari siang datang menyinari tenda. Saya terbangun dan susah untuk melanjutkan tidur. Sekarang baru pukul 13.00 Wita. Kak Agung berjanji datang paling lambat sore hari. Hmm… Nampaknya masih lama. Saya yang tak bisa tidur pun hanya bermain game di Hp. Bosan main game, saya foto-foto. Bosan foto-foto, saya menulis note kisah penelitian di Hp.

            Cuaca yang begitu panas perlahan berubah menjadi mendung. Awan gelap menghiasi langit menandakan hujan akan turun lagi hari ini. Saya langsung mengirim pesan singkat pada kak Julian, entah mengapa hal ini saya lakukan. Padahal, tidak ada jaringan di lokasi camp. Saya memang takut jika hujan deras dan sendiri.

            Angan ini melayang ke beberapa hari yang lalu, camp yang ramai dengan kloter satu, lalu kloter dua dan kloter tiga. Saya merindukan mereka semua. Saya juga merindukan orang-orang di rumah.

            Sontak, saya yang sedari tadi berbaring di tenda mengubah posisi menjadi duduk, lipat tangan dan menutup mata. Saya berdoa pada Tuhan, semoga saja semua orang yang saya ingat ini sedang dalam keadaan baik-baik saja. Saya rindu mereka semua. Di dalam doa saya yakin Tuhan bersama saya di camp. Hujan semakin deras menguyur dan saya hanya meminta Tuhan memeluk saya yang sedang kedinginan di tenda yang bocor.

            Selesai berdoa, saya kembali tertidur nyenyak. Tiba-tiba ada bunyi-bunyi dari luar tenda. Ahhh…. Itu pasti anjing yang datang, ingin mencuri makanan. Hmm. Saya lalu menengok ke luar dan mengusir anjing itu. Setelah terbangun, saya merasa lapar. Mie instan bersama telur mengisi perut ini. Jam menunjukkan pukul 16.00 Wita dan kak Agung belum tiba di camp. Entah mengapa saya berpikir untuk meninggalkan camp dan menunggunya di rumah Pak RT. Setidaknya jika ia tak jadi datang, saya tidak sendirian tidur malam ini di camp.

            Meninggalkan camp dan berjalan sendiri menjadi sebuah ironi. Saya lama sekali berpikir dan akhirnya melakukannya. Sambil berjalan, saya bernyanyi agar tidak merasa takut. Di perjalanan saya merasa ada seseorang yang menemani. Kemudian saya berpikir, itu pasti Tuhan yang tadi memeluk saya di camp. Saya berjalan dengan enjoy hingga sampai ke rumah pak RT.

            Tak lama kemudian, Ibu RT langsung memanggil saya masuk ke rumahnya. Ia nampaknya sudah tau kalau saya sendirian di camp karena sampai sekarang tidak satupun orang datang menyimpan motor di rumahnya. Ia menyambut saya dengan pisang goreng dan teh hangat. Tanpa membuang-buang waktu, saya mengaktifkan Hp dan mencoba menelpon kak Agung. Ahh, telponnya tak dijawab. Namun, ada sebuah pesan singkat yang masuk.      

            Ternyata kak Agung terjebak hujan di Maros dan bingung akan melanjutkan perjalanan atau tidak. Saya kembali menelponnya agar ia tidak berubah pikiran untuk datang ke lokasi penelitian ini. Syukurlah, ia mengangkat teleponnya dan mengatakan bahwa ia jadi datang dan sudah di jalan menuju Kota Pangkep. Saya bisa bernapas lega. Tak lupa saya menelpon Pika dan kak Julian agar mereka tidak panik meninggalkan saya sendirian di camp. Saya juga menelpon bapak saya untuk menanyakan kabar orang-orang di rumah.

            Sekitar jam 17.30 Wita kak Agung tiba dengan selamat di rumah pak RT. Ia singgah sebentar minum teh lalu bersama melanjutkan perjalanan menuju lokasi camp. Kak Agung berjalan begitu cepat dan saya terseok-seok di belakang karena sangat capek. Kami menemukan camp saat hari sudah gelap. Saya lupa menyalakan senter di camp. Untung saja, malam ini camp tidak jadi kosong.
           
            WELCOME kloter empat……..
            Kloter keempat ini hanya saya dan Kak Agung. Kami berdua akan bersama selama empat hari ke depan. Betapa sepinya. Oh iya, kali ini tidak ada lagi bekal makanan dari mama saya. Saya tak meminta kak Agung mengambilnya di rumah karena nampaknya ia sangat sibuk. Alhasil, mari bertahan hidup dengan mie instan dan telur. Yeaaahh…. Eitsss, selama berada di lapangan, kak Agung menobatkan dirinya menjadi kepala dapur loh. Dia yang masak nasi, masak mie, masak telur dsb. Hahahha.

            Kak Agung memperkenalkan cara masak nasi yang baru. Katanya, ini diajarkan oleh Prof Oka, dosen saya di kampus. Jadi beras yang telah dicuci itu, harus direndam dulu selama 15 menit kemudian langsung deh dimasak hingga matang. Lalu, disantap deh bersama lauk-pauk. Setelah makan, kami kembali masuk gua.

            Malam ini kami mengambil data di dalam gua dengan cahaya headlamp yang mulai redup. Persediaan baterai sudah mulai habis. Entah bagaimana cara memotret kelelawar di hari esok. Selesai mengambil data, kami menghabiskan malam dengan bercerita. Kak Agung sudah sering ke lapangan ataupun ikut kegiatan lingkungan yang berbau konservasi jadi ia sharing pengalamannya. Kami bertukar pikiran hingga pukul 23.00 Wita dan tidur.  

Senin, 6 November 2017      

            Pagi ini saya merasa sangat dingin. Beberapa kali saya terbangun, hanya untuk menarik Sleeping Bag (SB) untuk menutupi diri. Saya bahkan menggunakan dua SB sekaligus. Kak Julian sengaja tidak membawa SB nya pulang karena akan datang kembali lagi di kloter lima. Keenakan tidur, saya lalu menegok jam tangan dan ternyata sudah pukul 06.30 Wita. Lekas saya bangun dan memasak air untuk membuat teh dan kopi. Kak Agung juga ternyata sudah bangun. Kami cepat-cepat makan dan langsung masuk mengambil data di dalam gua. Kali ini kami sepakat untuk tidak mengambil foto kelelawar dulu. Akan ada teman dari kampus yang dihubungi untuk datang membawa baterai.

            Keluar dari gua, kami mencari jaringan untuk menghubungi Yusuf, teman laboratorium KSDHE. Katanya Yusuf juga ingin datang ke lokasi penelitian ini, apalagi rumahnya juga di Pangkep jadi tak susah untuknya mencapai Gua Mara Kallang. Namun, Yusuf ialah orang yang amat susah mengangkat telponnya. Berpuluh kali di telpon dan dikirimkan pesan singkat, tetap saja tidak ada respon sama sekali. Kak Agung pun berinisiatif menghubungi Abros, sahabat Yusuf yang juga anak Lab KSDHE. Abros meyakinkan kami bahwa terakhir kali bertemu Yusuf di malam hari ia berkata akan datang ke Gua Mara Kallang. Saya dan Kak Agung pun segera pergi ke rumah Pak RT untuk menunggu Yusuf datang dengan harapan ia membawa baterai cadangan.

            Lama kami menunggu, Yusuf tak ada kabar. Sampai-sampai saya menyuruh kak Julian menghubunginya via Whatsapp. Jaringan internet di desa ini sangat tidak bagus. Tak lama, Yusuf membalas pesan singkat di Hp kak Agung dan berkata bahwa ia tidak jadi datang. Apa boleh buat, saya dan kak Agung kembali berdua saja malam ini. Setelah termakan kecewa karena terlalu berharap akan kedatangan Yusuf bersama baterai cadangan, kami memutuskan untuk menonton TV saja dulu sambil bermain dengan anak Pak RT.
Anak pak RT bersama sapinya

            Sekian lama mengasingkan diri, ini kali pertama saya menonton TV lagi. Rasa haru pun muncul. Akhirnyaaaaa yah. Kami menonton hingga sore dan langit sudah mulai gelap. Sebelum kembali di camp, makan siang kami dijamu oleh Pak RT. Sungguh merepotkan sekali. Setelah makan, kami terburu-buru berjalan ke camp karena jemuran yang sudah kering belum diangkat.

            Sampai di camp, untungnya saja hujan belum turun. Makan malam disiapkan dengan penuh kesederhanaan. Lagi-lagi mie instant. Seusai makan, kami bergegas menuju gua untuk pengambilan data. Namun, langkah kaki terhenti karena ular sudah bergantung di depan mulut gua. Malam ini diakhiri dengan saling curhat kisah percintaan di antara api unggun. Ahahahaha.
Acara api unggun
Selasa, 7 November 2017

            Rutinitas di pagi hari kembali berulang. Sehabis mengambil data saya ingin mandi di sungai, namun kak Agung menyarankan untuk mandi di antara cerukan bebatuan yang mengalirkan air. Di situ airnya bersih jadi kami bisa mandi. Kami mandi secara bergantian. Kak Agung mandi dan saya menjaga camp, kemudian saya mandi dan ia menjaga camp. Selama di lapangan, saya selalu mandi dengan pakaian yang lengkap loh. Ini membuat diri saya merasa aman dan bisa mandi di mana saja. Hahahaha.

            Hari ini banyak kami habiskan dengan beristirahat di tenda dan kembali mengambil data gua di malam hari. Tak terasa, ini malam terakhir kami bersama. Besok, kak Agung harus kembali ke Makassar mengurus skripsinya juga. Seperti pada hari sebelumnya, kami bercerita dulu sebelum tidur. Kali ini topik yang dibahas ialah tentang kehidupan kampus. Oh iya, kloter kelima tidak saya hubungi lagi. Soalnya sebelumnya saya sudah memberitahu kak Julian untuk datang. Lagi-lagi, saya masih percaya pada janji bahwa ia akan datang.


TO BE CONTINUE

0 comments:

Post a Comment